Saturday, 29 October 2011

Friday, 28 October 2011

Tujuan "Micro Teaching"

Tujuan operasional Micro Teaching
1. Mengembangkan kemampuan mawas diri dan menilai orang lain.
2. Memungkinkan adanya perbaikan dalam waktu singkat.
3. Menanamkan rasa percaya pada diri dan bersifat terbuka dengan kritik orang lain
4. Mengembangkan sikap kritis murobbi.
5. Menanamkan kesadaran akan nilai ketrampilan mngajar dan komponen-komponenya.
6. Mengenal kelemahan-kelemahan dan keliruan –keliruan dalam penampilan ketrampilan mengajar dan tahu penampilan yang baik.
7. Dengan menggunakan video Tape recorder maka :
8. Memberi kesempatan guru untuk melihat dan mendengar dirinya sendiri.
9. Memberi kesempatan untuk mengikuti kembali kritik dan diskusi caranya mengajar berulangkali.
10. Memungkinkan untuk membuat model cara mengjar.
11. Memungkinkan banyak orang yang dapat mengikuti proses belajar dan tidak tentu waktunya.
12. Merupakan medan untuk mencobakan sistem atau metode baru untuk diteliti sebelum dikembangkan.
13. Memberi kesempatan pendekatan analistis mengenai ketrampilan dan strategi mengajar.

Materi Kegiatan (program Kegiatan)
Yang dimaksud materi disini adalah ketrampilan yang akan dilatih melalui penampilan dalam micro teaching.
Ada sepuluh ketrampilan khusus yang dapat dilatih dalam micro teaching yang kesemuanya itu merupakan dalam sebuah proses belajar mengajar.
Keteampilan khusus itu meliputi:
* Ketrampilan membuka pelajaran
* Keteampilan memberi motivasi
* Ketrampilan bertanya
* Ketrampilan menerangkan
* Ketrampilan mendayagunakan media
* Ketrampilan menggunakan metode yang tepat
* Ketrampilan mengadakan interaksi
* Ketrampilan penampilan verbal dan non verbal
* Ketrampilan penjajagan/assesment.
* Ketrampilan menutup pelajaran.

Aspek-aspek keterampilan yang harus ditampilkan sebagai berikut :
a. Keterampilan membuka pelajaran
  • Memperhatikan sikap dan tempat duduk siswa
  • Memulai pelajaran setelah nampak siswa siap belajar.
  • Cara mengenalkan pelajaran cukup menarik.
  • Mengenalkan pokok pelajaran dengan menghubungkan pengetahuan yang sudah diketahui oleh siswa (apersepsi).
  • Hubungan antara pendahuluan dengan inti pelajaran nampak jelas dan logis.

b. Keterampilan memberi motivasi
  • Mengucapkan ‘baik”, bagus, ya, bila siswa menjawab/ mengajukan pertanyaan
  • Ada perubahan sikap non verbal positif pada saat menenggapi pertanyaan/ jawaban siswa.
  • Memuji dan memberi dorongan dengan senyum, anggukan atas partisipasi siswa.
  • Memberi tuntunan pada siswa agar dapat memberi jawaban yang benar.
  • Memberi pengarahan sederhana dan pancingan, agar siswa memberi jawaban yang benar.

c. Keterampilan bertanya
  • Pertanyaan guru sebagian besar telah cukup jelas
  • Pertanyaan guru sebagian besar jelas kaitanya dengan masalah.
  • Pertanyaan ditunjukan keseluruhan kelas lebih dahulu, baru menunjuk
  • Guru menggunakan teknik -pause- dalam menyampaikan pertanyaan
  • Pertanyaan didistribusikan secara merata diantara para siswa.
  • Teknik menunjuk yang memungkinkan seluruh siswa siap.

d. Keterampilan menerangkan
  • Keterangan guru berfokus pada inti pelajaran
  • Keterangan guru menarik perhatian siswa
  • Keterangan guru mudah ditangkap(dicerna) oleh siswa.
  • Penggunaan contoh, ilustrasi, analogi, dan semacamnya menarik perharian siswa.
  • Guru memperhatikan dengan sungguh-sungguh respon siswa yang berupa pertanyaan, reaksi, usul dan semacamnya.
  • Guru menjelaskan respon siswa, sehingga siswa menjadi jelas dan mengerti.

e. Keterampilan mendayagunakan media
  • Pemilihan media sesuai dengan PBM yang diprogramkan
  • Teknik mengkomunikasikan media tepat.
  • Organisasi mengkomunikasikan media menunjang PBM.
  • Guru trampil menggunakan media.

f. Keterampilan menggunakan metode yang tepat
  • Ada kecocokan antara metode yang dipilih dengan tujuan pengajaran.
  • Ada kecocokan antara metode yang dipilih dengan materi pelajaran dan situasi kelas.
  • Dalam menggunakan metode telah memenuhi / mengikuti sistematika metode tersebut
  • Alat yang dapat menunjang kelancaran penggunaan metode tersebut telah disiapkan.
  • Menguasai dalam penggunaan metode tersebut.
  • Aspek mengadakan interaksi
  • Ada keseimbangan antara jumlah kegiatan guru (aksi) dengan kegiatan siswa (reaksi) selama proses belajar mengajar.
  • Ada pengaruh langsung yang berupa : Informasi, Pengarahan, Menyalahkan atau membenarkan adalah cukup komunikatif
  • Nampak ada partisipasi dari siswa yang berupa :
" Mendengarkan
" Mengamati
" Menjawab
" Bertanya
" Mencoba
g. Keterampilan penampilan verbal non verbal
  • Gerakan guru wajar dan bertujuan.
  • Gerakan guru bebas
  • Isyarat guru menggunakan tangan, badan, dan wajah cukup bervariasi
  • Suara guru cukup bervariasi, lemah dan keras.
  • Ada pemusatan perhatian dari pihak siswa.
  • Pengertian indera melihat dan mendengar berjalan dengan wajar.

h. Keterampilan penjajagan/assesment
  • Menaruh perhatian kepada siswa yang mengalami kesulitan.
  • Adanya kesepakatan guru terhadap tanda siswa yang mengalami salah pengertian
  • Melakukan penjajagan kepada siswa tentang pelajaran yang telah diterimanya
  • Mencari/melakukan apa yang menjadi sumber terjadinya kesulitan.
  • Melakukan kegiatan untuk mengatasi/menunjukan kesulitan siswa.

i. Keterampilan menutup pelajaran
  • Dapat menyimpulkan pelajaran dengan tepat.
  • Dapat menggunakan kata-kata yang dapat membesarkan hati siswa
  • Dapat menimbulkan perasaan mampu ( sense of achievment) dari pelajaran yang diproleh.
  • Dapat mendorong siswa tertarik pada pelajaran yang telah diterima.
Persiapan Penyelenggaraan
Dalam mempersiapkan penyelenggaraan micro teaching kita harus menetapkan.
  1. Waktu / bilamana diadakan micro teaching
  2. Tempat, dimana kapan diguanakan, pelaksanaan micro teaching
  3. Personalia dalam micro teaching (calon yang praktek, peserta didik/siswa guru, orang yang akan mengadakan observasi dan penilaian, ahli teknik alat rekaman)
  4. Pola micro teaching yang akan digunakan dan dikembangkan.
  5. Rencana kegiatan dan prosedur kegiatan micro teaching
  6. Sarana dan prasarana.

Sunday, 23 October 2011

Maksud "Micro Teaching"


Micro teaching adalah suatu tindakan atau kegiatan latihan belajar-mengajar dalam situasi laboratoris (Sardirman, Interaksi Motivasi Belajar Mengajar).

Ciri-ciri pokok Micro Teaching :
1. Jumlah subjek belajar sedikit sekitar 5-10 orang
2. Waktu mengajar terbatas sekitar 10 minit
3. Komponen mengajar yang dikembangkan terbatas
4. Sekadar real teaching

Maksud "Micro Teaching
Meningkatkan performance yang menyangkut keterampilan dalam mengajar atau latihan mengelola interaksi belajar mengajar.

Micro teaching :
1. Dilaksanakan dalam kelas laboratorium
2. Sekadar real teaching
3. Siswa 5 s/d 10 orang
4. Waktu sekitar 10 minit
5. Bahan terbatas
6. Ketrampilan yang dilatihkan meliputi semua teaching skill dalam porsi yang terbatas dan terpisah-pisah.
7. Dibutuhkan alat-alat laboratori agar dapat diperoleh suatu feedback yang objektif.

Teaching :
1. Dilaksanakan dalam real class room
2. Merupakan real class room teaching
3. Siswa 30 s/d 40 orang
4. Waktu sekitar 45 menit
5. Bahan luas
6. Ketrampilan yang di demonstrasikan semua teaching skill dan terintegrasi
7. TIdak dilengkapi dengan alat-alat laboratori.

Micro bererti kecil, terbatas, sempit. Teaching bererti mendidik atau menajar. Micro Teaching bererti suatu kegiatan mengajar dimana segalanya diperkecil atau disederhanakan. Apa yang dikecilkan atau disederhanakan, iaitu :
* Jumlah siswa 5-6 orang
* Waktu mengajar 5 – 10 minit
* Bahan pelajaran hanya mencakup satu atau dua hal yang sederhana
* Ketrampilan mengajar difokuskan beberapa ketrampilan khusus saja.

Unsur micro merupakan ciri utamanya dan berusaha untuk meyederhanakan secara sistimatis keseluruhan proses mengajar yang ada. Usaha simplikasi ini didasari oleh asumsi bahwa : “sebelum kita dapat mengerti, dapat belajar dan dapat melaksanakan kegiatan mengajar yang komplek, kita harus menguasai dulu komponen-komponen dari keseluruhan kegiatan yang ada.” Maka dengan memperkecil murid, menyingkat waktu, mempersempit saran-saran serta membatasi ketrampilan, perhataian dapat sepenuhnya diarahkan pada pembinaan penyempurnaan ketrampilan khusus yang sedang dipelajari

Urgensi Micro Teaching
Micro Teaching dapat digunakan dalam :
ü Pendidikan pre service, yaitu bagi calon guru:
1. Sebagai persiapan calon guru sebelum benar-benar mengajar di depan kelas.
2. Sebagai usaha perbaikan penampilan calon guru.
ü Pendidikan in service, yaitu bagi guru atau penilik.
1. Untuk meningkatkan kemampuan guru mengajar rutin, supaya menemukan dan mengetahui kelemahan-kelemahannya sendiri dan berusaha memperbaikinya.
2. Untuk meningaktkan kemampuan supervisor supaya ia tahu apakah bimbingan, nasihat dan saran-saranya benar-benar efektif dalam membantu peningkatan guru-gurunya.
3. Untuk percobaan melaksanakan metode baru, sebelum dilaksanakan dalam pembelajaran yang sebenarnya.

Thursday, 20 October 2011

Kaedah Mengajar Suku Kata 2

KAEDAH PANDANG SEBUT
1. Kad gambar, kad huruf, kad suku kata dan kad perkataan boleh digunakan di peringkat awal pengajaran untuk memperkembangkan kemahiran membaca.
2. Murid sendiri akan memegang kad-kad tersebut dan menyusunnya supaya menjadi perkataan yang bermakna.
3. Sentuhan secara fizikal mendorong murid mengingati pelajaran dengan mudah dan berkesan.
4. Kaedah ini memnetingkan dua perkara iaitu:
(a) Membunyikan perkataan rangkai kata berdasarkan pengalaman melalui gambar; dan
(b) Membunyikan ayat melalui gambar yang ada cerita.
5. Manakala kad perkataan pula boleh digunakan bagi melatih murid untuk menyebut perkataan yang dipaparkan oleh guru (secara flashcard) secara cepat dan pantas tanpa perlu mengeja terlebih dahulu. Ini bagi mempertingkatkan keupayaan murid untuk membaca.

KAEDAH FONIK
1. Menurut Azman Wan Chik, kaedah fonik adalah untuk mengajar murid melihat hubungan antara simbol (huruf) dengan bunyi supaya kemudian mereka dapat membaca (membunyikan) perkataan-perkataan baharu yang mereka jumpa.
2. Bunyi-bunyi huruf diajar. Ertinya lambang huruf terus dikaitkan dengan bunyinya. Contoh : “a” dibunyikan ‘aaaa…..’, “u” dibunyikan ‘uuuu…….’.
3. Setelah tahu hubungan tiap-tiap huruf dengan bunyinya, suku kata pula dibina. Misalnya, ‘ba’, ‘da’, ‘tu’ dan sebagainya.
4. Seterusnya, digabungkan suku kata ini menjadi perkataan seperti ‘baba’, ‘batu’, ‘ibu’ dan sebagainya.

KAEDAH GABUNGAN BUNYI KATA
1. Kaedah ini menggabungkan kemahiran membunyi beberapa huruf, suku kata dan membaca perkataan, rangkai kata, ayat (yang bermakna) dalam satu atau dua pelajaran.
2. Gabungan ini dibuat secara sistematik.
3. Tiap-tiap pelajaran berikutnya, beransur-ansur memperkembangkan kemahiran sebelumnya.
4. Pada akhir tiga atau empat pelajaran saja, murid-murid sudah boleh membaca beberapa perkataan dan rangkai kata yang mudah. Contohnya murid boleh membaca sendiri buku-buku cerita.

Sunday, 16 October 2011

Kaedah Mengajar Suku Kata



Lagu ABC adalah menjadi asas utama dalam mengenalkan abjad dan suku kata. Kaedah pembacaanya adalah berpandukan pembacaan iqra dan abjad yang berulang-ulang supaya murid tidak melupakan abjad terdahulu yang di pelajari.

Proces mengenal diikuti dengan membentuk abjad. Teknik penulisan yang betul di perkenalkan agar tulisan murid baik, cepat dan kemas.

Selain daripada itu bahan seperti kad abjad, kad surih abjad dan kad suku kata perlu disediakan dalam perlaksanaan program kuasai abjad.

.

Kaedah Mengajar Suku Kata: 
1. Suku kata ialah bahagian perkataan berasaskan kehadiran vokal.
2. Suku kata ditandai oleh suatu vokal dan wujud sebagai satu vokal atau bersama-sama dengan konsonan.
3. Dalam Bahasa Melayu, terdapat sebelas pola suku kata. Suku kata yang berakhir dengan huruf vokal dipanggil Suku Kata Terbuka.
4. Suku kata yang lain adalah Suku Kata Tertutup kerana diakhiri dengan huruf konsonan. Beberapa jenis suku kata :
(a) Kata tunggal satu suku kata. Contoh : K + V + K
(b) Kata tunggal dua suku kata. Contoh : V + KV (ibu, ela), V + VK (air, aib), V + KVK (adat, emas), VK + KV (anda, unda), VK + KVK (untuk, entah), KV + KVK (bukan, dekat).
(c) Kata tunggal tiga suku kata. Contoh : KV + V + KV (biasa, cuaca), KV + V + KV (kaedah).
(d) Kata tunggal empat suku kata. Contoh : KV + KV + KV + KV (panorama)

Guru permu membetulkan setiap kesilapan sebutan murid sewaktu kad-kad abjad ditunjukkan. Proses ini diulang sehingga murid mampu mengenalpasti dan menulis abjad-abjad yang telah diajar.

Seterusnya, guru melekatkan kad-kad abjad tersebut di papan hitam. Guru akan memilih murid secara rawak dan meminta murid tersebut mengambil kad kad di papan hitam berdasarkan apa yang disebut oleh guru.

Selepas itu, murid diminta membuat latihan bertulis dalam buku masing-masing. Guru akan menyebut abjad manakala murid perlu mendengar dengan teliti dan menulisnya dalam buku.

Saturday, 15 October 2011

Lagu Tiga Kupang



Lagu tiga kupang
Saku penuh padi
Enam ekor burung
Masuk dalam kuali

Bila sudah masak
Burung nyanyi saja
Tentu sedap makan
Beri pada raja

(Korus )
Raja dalam rumah
Buat kira-kira
Suri dalam rumah
Makan roti gula hey...

Dayang tepi kolam
Mahu jemur tepung
Datang burung hitam
Patuk batang hidung

Thursday, 13 October 2011

Etika Penggunaan Papan Tulis


1. Jangan bediri tepat
- Ketika anda sedang menggunakan papan tulis sewaktu mengajar,jangan berdiri tepat di depan papan tulis. Ini kerana perb uatan anda akan melindungipandangan anak murid/pelajar untuk melihat apa yang anda tulis di papan tulis. Berdirilahdengan keadaan badan yang agak menyerong sehingga tubuh anda tidak menghalangipandangan mereka.


2. Gunakan alat penunjuk
- Gunakan pembaris/alat penunjuk untuk menunjukkan apa yanganda tulis di papan tulis. Ini adalah cara terbaik agar tubuh anda tidak menghalangpandangan anak murid ketika melihat tulisan di papan tulis.

3. Jangan penuhkan dengan tulisan
- Janganlah memenuhi papan tuli s dengan tulisan.Terlalu banyak tulisan mengakibatkan papan tulis menjadi tidak menarik danmembingungkan pelajar. Biarkan sebahagian papan tulis kosong secara proporsional,khususnya bahagian bawah papan kerana para pelajar yang duduk di bahagian belakan gbesar kemungkinan tidak dapat melihat dengan jelas apa yang anda tulis di bahagian bawahpapan tulis berkenaan.

4. Tulisan besar
- Perhatikan agar tulisan anda cukup besar dengan bentuk huruf yangtegak, sehingga dapat dibaca dengan jelas. Tulisan tida k perlu terlalu berseni atau `fancyµ.Yang penting tulisan anda mesti cukup tebal.

5. Padam tulisan yang tidak dipakai
- Hapuskan tulisan yang sudah tidak diperlukan. Parapelajar tidak dapat memusatkan perhatian pada banyaknya tulisan yang bercampur adu kdan tidak teratur. 6.
Tulisan yang kontras

** Jika anda menulis di "white board" (bukan papan tulis kayu yangberwarna hitam), dianjurkan anda menggunakan pena (marker) dengan warna gelap (hitamatau biru tua), kerana ia akan menghasilkan tulisan yang lebih kontras dan jelas

Tuesday, 11 October 2011

Sejarah Bahasa Melayu

Asal usul orang-orang Melayu amat kabur kerana sejarah kuno Asia Tenggara masih belum diselidiki dengan mendalam. [2] Bagaimanapun, istilah "Melayu" adalah sangat baru dan timbul buat pertama kali dalam tulisan Cina antara tahun 644 dan 645 Masihi. Tulisan itu menyebut orang Mo-lo-yeu, tetapi letaknya kerajaan Mo-lo-yeu ini tidak dapat dipastikan: ada yang mengatakan di Semenanjung Tanah Melayu dan ada yang mengatakan di Jambi, Sumatera.

Bahasa Melayu berasal dari Asia Tengah

Menurut beberapa teori, penutur-penutur bahasa Melayu berasal daripada golongan Austronesia yang datang sejak 2500 SM dari daerah Yunan dalam beberapa bentuk gelombang pergerakan manusia dan menduduki wilayah Asia Tenggara. [2] Golongan pertama ini dipanggil Melayu Proto. Kemudian, pada kira-kira tahun 1500 SM, datangnya golongan kedua pula yang menduduki daerah pantai dan tanah lembah di Asia Tenggara yang dipanggil Melayu Deutro.

Menurut ahli-ahli bahasa dan sejarah ini, Melayu Moden berasal daripada bahasa Melayu Klasik dan bahasa Melayu Klasik berasal daripada bahasa Melayu Induk. Bahasa Melayu Induk berasal daripada bahasa Melayu Purba yang juga merupakan asal daripada bahasa Melayu Kuno.

Ini bermakna bahasa Melayu Moden bukanlah merupakan pengembangan daripada dialek Johor-Riau dan bahasa Melayu Moden tidak begitu rapat hubungannya dengan dialek yang lain. Dialek yang lain berasal daripada Melayu Induk manakala dialek Johor-Riau berasal daripada Melayu Klasik.

Bahasa Melayu berasal dari Kepulauan Melayu

Penemuan orang Jawa yang berusia ribuan tahun menunjukkan Kepulauan Melayu sudah dihuni manusia, dan bukannya berasal dari Asia Tengah seperti pendapat sesetengah ahli sejarah.

J. Crawfurd telah membuat kajian perbandingan bahasa yang ada di Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan kawasan Polinesia. Beliau berpendapat bahawa asal bahasa yang tersebar di Nusantara ini berasal daripada bahasa di Pulau Jawa (bahasa Jawa) dan bahasa yang berasal dari Pulau Sumatera (bahasa Melayu).

Bahasa Jawa dan bahasa Melayulah yang merupakan induk bagi bahasa serumpun yang terdapat di Nusantara ini berdasarkan bukti bangsa Melayu dan bangsa Jawa telah memiliki taraf kebudayaan yang tinggi dalam abad ke 19. Taraf ini hanya dapat dicapai setelah mengalami perkembangan budaya beberapa abad lamanya.

Berdasarkan perbandingan bunyi dan bentuk kata bahasa Campa dan pelbagai bahasa di Asia Tenggara, bahasa Melayu Polinesia tidaklah serumpun dengan bahasa Campa.

Berdasarkan struktur ayat dan perbendaharaan kata bahasa Campa dan Mon-Khmer, bahasa Melayu dan Champa bukanlah serumpun. Beliau merumuskan bahawa bahasa Melayu yang terdapat dalam kedua-dua bahasa di atas merupakan bahasa ambilan sahaja.

Monday, 10 October 2011

Ikan Kekek Mak Ilui



Ikan kekek mak ilui-ilui
Ikan gelama mak ilai-ilai
Nanti adik mak ilui-ilui
Pulang sama mak ilai-ilai

Tenang-tenang air di laut
Sampan golek mudik ke tanjung
Hati terkenang mulut tersebut
Budi yang baik rasa dijunjung

Ikan kekek mak ilui-ilui
Ikan gelama mak ilai-ilai
Nanti adik mak ilui-ilui
Pulang sama mak ilai-ilai

Dari mana punai melayang
Dari paya turun ke padi
Dari mana datangnya sayang
Dari mana turun ke hati

Ikan kekek mak ilui-ilui
Ikan gelama mak ilai-ilai
Nanti adik mak ilui-ilui
Pulang sama mak ilai-ilai

Ikan kekek mak ilui-ilui
Ikan gelama mak ilai-ilai
Nanti adik mak ilui-ilui
Pulang sama mak ilai-ilai

Sunday, 9 October 2011

Child Brain Development 2


Brain growth process is very complex and through several stages, namely the addition of nerve cells (proliferation), displacement of nerve cells (Migration), changes in nerve cells (differentiation), the formation of nerve braided one another (si-naps), and the formation of nerve sheath (Myelination).
1. Proliferation
At first, the shape of nerve cells (neurons) are still simple. Then, division so that a lot of experience. This is called process increase (proliferation) of nerve cells. The process is ongoing proliferation at around 4-24 weeks of gestation. The process of nerve cell proliferation finished / stopped at the time the baby is born.
2. Migration
After the process of proliferation, cell migration or the nerve will experience move into their places. Some occupy the front area, rear, side, and the top of the brain. When the displacement occurs vary according to programs that have been shaped by genetic and natural.
Having reached the “home” respectively, and nerve cells developed. Each “house” has its own growth curve. Accelerating growth is also different. No wonder if the ability each child’s brain also differ.
Actual migration process took place since 16 weeks gestation until the end of the 6th month. This migration process occur in waves. This means that nerve cells that migrate more early will occupy the inner layer and the subsequent migration occupy the outer layer (cerebral cortex).
3. Differentiation
At the end of the 6th month of pregnancy, the cortical plate already has components complete nerve cells. Along with that also already looked there differentiation. That is a change of form, composition and function of nerve cells into six layers as in adults.
Nerve cells are then transformed into neuronal cells which ramify and also changed to supporting cells (glial cells). Tues support this growing many after the nerve cells become mature and large. The function of glial cells also regulate the daily lives of individuals.
4. Synapse
Furthermore, the formation of nerve interwoven with each other (Synapses). After undergoing mielinisasi (sheath maturation process nerve), the synapse grows.
5. Mielinisasi
The process of maturation of the nerve sheath (myelin) called mielinisasi still continues to grow. This process occurs mainly a few moments before pregnancy.
Maturation of nerve sheath reaches its peak when one year old baby. After the baby is born occurred fiber growth  nerve. Then, an increase in the number of glial cells, and outstanding mielinisasi process.
All of these processes, in addition to take place naturally, also influenced by stimulation and nutrition. Well, here’s where the important role of parents in prenatal period (pregnancy) and pascanatal (after birth) in infant’s brain development.
Therefore, if the mother or father wants the have a qualified small brain, it is necessary to understand the stages infant’s brain development even though only marginally.
Preparation for children have brains that quality must begin before pregnancy, during pregnancy and after birth until the process of brain development  was finished.

Saturday, 8 October 2011

Child Brain Development


What children learn will have an important impact on brain development, successful learning experiences in school, on personal development and on future participation in society.

Self-initiative, decision making, independence, creativity, the ability to learn, the ability to relate to others and feelings of self-worth all have their childhood.

The Child Brain Developmental focuses on developmental disabilities and mental health disorders with origins in early development in infants, children, adolescents and young adults.

Behavioral, cognitive, socioemotional, neurobiological, behavioral and molecular genetic, and neuroimaging approaches are examined. Developmental psychopathology focuses on and integrates these two areas, looking at maladaptive processes themselves as well.

Thursday, 6 October 2011

Ayat Permintaan

Ayat permintaan ialah ayat yang menggunakan kata permintaan,seperti minta dan tolong dengan tujuan memohon permintaan dan pertolongan seperti yang terdapat dalam contoh berikut :
  • Minta kamu semua bertenang.
  • Tolong tutup lampu sebelum kamu tidur.

Bentuk ayat silaan dan permintaan biasanya tidak membawa pengerrtian yang negative sebagaimana yang terdapat dalam jenis ayat larangan.

Oleh sebab itu contoh ayat berikut tidak dianggap betul:
  •  Sila jangan merokok.
  •  Tolong jangan ambil.
  •  Minta jangan bermain dikawasan ini.

Ayat Silaan

Ayat silaan ialah ayat yang menggunakan kata silaan seperti sila ata jemput sebelum kata kerja dengan tujuan menjemput atau mempersilakan seseorang. Lazimnya kata silaan digunakan pada permulaan ayat seperti contoh berikut :
  • Sila serahkan borang permohonan tersebut ke pejabat.
  • Jemput masuk.

Ayat silaan juga untuk menjemput atau menyilakan orang melakukan sesuatu. Ayat-ayat ini menggunakan kata perintah seperti jemput dan sila.
Partikel -lah juga boleh digunakan untuk melembutkan ayat.

  • Silalah duduk.
  • Silalah jawap surat ini sekarang

Ayat Larangan

Ayat larangan ialah ayat yang menggunakan kata larangan seperti jangan,usah atau tak usah sebelum kata kerja dengan tujuan menegah seseorang melakukan sesuatu.
  • Jangan ambil harta orang.
  • Usah dikenang lagi kisah yang pahit.
  • Awak tak usah datang lagi ke pejabat.

Ayat tersebut dapat dilembutkan dengan menambahkan partikel –lah , seperti berikut :
  • Janganlah ambil harta orang.
  • Usahlah dikenang lagi kisah yang pahit.
  • Awak tak usahlah datang lagi ke pejabat.

Ada jenis ayat larangan lagi yang bersifat umum yang tidak menggunakan kata larangan dan tidak menerima partikel –lah.
  • Dilarang merokok.
  • Dilarang memancing

Ayat larangan dapat juga dilembutkan dengan menggunakan perkataan harap pada bahagian hadapannya :
  • Harap jangan merokok.
  • Harap jangan berludah.

Ayat Suruhan

Ayat suruhan ialah ayat yang diucapkan dengan tujuan memberi perintah atau arahan.Dalam ayat suruhan subjek ialah kata ganti nama orang kedua seperti awak,kamu,engkau, dan selainnya yang biasanya digugurkan.

Walau bagaimanapun,kerana tujuan penegasan,subjek boleh juga dikekalkan.

  • Pergi kamu dari rumah ini!
  • Engkau tunggu Fateha di sini.

Ayat suruhan boleh menggunakan partikel –lah untuk melembutkannya di samping menegaskan predikat.

  • Pergilah kamu dari rumah ini!
  • Engkau tunggulah Fateha di sini.

Bagi kata kerja transitif yang menerima awalan men-,awalan tersebut perlu digugurkan dalam ayat suruhan jenis ini,seperti dalam ayat di atas .

Dalam binaan ayat suruhan dan ayat perintah jenis lain yang mengandungi kata kerja tak transitif dan menerima awalan, awalan tersebut tidak boleh digugurkan, seperti yang terdapat dalam contoh berikut :

  • Menangislah sepuas-puas hatimu.
  • Berangkatlah dengan segera.

Wednesday, 5 October 2011

Ayat Perintah

Mengikut Tatabahasa Dewan Edisi Baharu, ayat perintah ialah ayat yang diucapkan dengan tujuan untuk menimbulkan sesuatu tindakan. Ayat perintah boleh dibahagikan kepada 4 jenis berikut.

Jenis-Jenis Ayat (BM)

Bahasa Melayu mempunyai berbagai-bagai jenis ayat untuk menyatakan maksud yang sama.
Ciri-ciri ini menyebabkan bahasa Melayu merupakan sebuah bahasa yang sentiasa hidup serta menarik. Jika hanya satu jenis ayat saja yang digunakan akan timbul rasa jemu pada pembaca.
Oleh sebab itu, sasterawan dan penulis yang baik selalu menggunakan jenis-jenis ayat yang lain, sesuai dengan keperluan.

Jenis-jenis ayat bahasa Melayu dapat digolongkan kepada empat ragam:

1. Ayat penyata:

  • Ayat transitif dan ayat intransitif
  • Ayat aktif dan ayat pasif
  • Ayat sungsang
  • Ayat nafi
  • Ayat inti dan ayat gabungan
2. Ayat perintah

3. Ayat tanya


4. Ayat seru

Tuesday, 4 October 2011

Nenek Si Bongkok Tiga



Nenek, nenek,
si bongkok tiga.
Siang mengantuk,
malam berjaga.
Mencari cucu
dimana 'ada.
Nenek ku kahwin
dengan anak raja.

Cucu, cucu
tak dapat lari.
Nenek tua
banyak sakti.
Sekarang nenek
nak cari ganti.
Siapa kena,
dia yang 'jadi.

Monday, 3 October 2011

Difficult Behaviors in Classroom

1.Rambling -- wandering around and off the subject. Using far-fetched examples or analogies.

POSSIBLE RESPONSES:

Refocus attention by restating relevant point.
Direct questions to group that is back on the subject
Ask how topic relates to current topic being discussed.
Use visual aids, begin to write on board, turn on overhead projector.
Say: "Would you summarize your main point please?" or "Are you asking...?"

2.Shyness or Silence -- lack of participation.

POSSIBLE RESPONSES:

Change teaching strategies from group discussion to individual written exercises or a videotape
Give strong positive reinforcement for any contribution.
Involve by directly asking him/her a question.
Make eye contact.
Appoint to be small group leader.

3.Talkativeness -- knowing everything, manipulation, chronic whining.

POSSIBLE RESPONSES:

Acknowledge comments made.
Give limited time to express viewpoint or feelings, and then move on.
Make eye contact with another participant and move toward that person.
Give the person individual attention during breaks.
Say: "That's an interesting point. Now let's see what other other people think."

4.Sharpshooting -- trying to shoot you down or trip you up.

POSSIBLE RESPONSES:

Admit that you do not know the answer and redirect the question the group or the individual who asked it.
Acknowledge that this is a joint learning experience.
Ignore the behavior.


5.Heckling/Arguing -- disagreeing with everything you say; making personal attacks.

POSSIBLE RESPONSES:

Redirect question to group or supportive individuals.
Recognize participant's feelings and move one.
Acknowledge positive points.
Say: "I appreciate your comments, but I'd like to hear from others," or "It looks like we disagree."


6.Grandstanding -- getting caught up in one's own agenda or thoughts to the detriment of other learners.

POSSIBLE RESPONSES:

Say: "You are entitled to your opinion, belief or feelings, but now it's time we moved on to the next subject," or "Can you restate that as a question?" or "We'd like to hear more about that if there is time after the presentation."


7.Overt Hostility/Resistance -- angry, belligerent, combative behavior.

POSSIBLE RESPONSES:

Hostility can be a mask for fear. Reframe hostility as fear to depersonalize it.
Respond to fear, not hostility.
Remain calm and polite. Keep your temper in check.
Don't disagree, but build on or around what has been said.
Move closer to the hostile person, maintain eye contact.
Always allow him or her a way to gracefully retreat from the confrontation.
Say: "You seem really angry. Does anyone else feel this way?" Solicit peer pressure.
Do not accept the premise or underlying assumption, if it is false or prejudicial, e.g., "If by "queer" you mean homosexual..."
Allow individual to solve the problem being addressed. He or she may not be able to offer solutions and will sometimes undermine his or her own position.
Ignore behavior.
Talk to him or her privately during a break.
As a last resort, privately ask the individual to leave class for the good of the group.


8.Griping -- maybe legitimate complaining.

POSSIBLE RESPONSES:

Point out that we can't change policy here.
Validate his/her point.
Indicate you'll discuss the problem with the participant privately.
Indicate time pressure.

9.Side Conversations -- may be related to subject or personal. Distracts group members and you.

POSSIBLE RESPONSES:

Don't embarrass talkers.
Ask their opinion on topic being discussed.
Ask talkers if they would like to share their ideas.
Casually move toward those talking.
Make eye contact with them.
Comment on the group (but don't look at them "one-at-a-time").
Standing near the talkers, ask a nea-by participant a question so that the new discussion is near the talkers.
As a last resort, stop and wait.

Saturday, 1 October 2011

Keys for Managing Challenging Student Behaviors

KEYS FOR MANAGING CHALLENGING STUDENT BEHAVIORS

Instead of holding your students with an iron grip, allow them to be themselves until (and unless) their behavior distracts you or others in the class.
When you notice unproductive behavior, nip it in the bud. Otherwise, you send a clear message to the students that it's OK for them to talk while you are talking, etc.
Use classroom management techniques before you become irritated, impatient or upset. We are much more powerful when we are centered, when we like out students, and when we view our students with fondness rather than impatience.
Allow students to save face. When we put students down in front of others, the entire class of students will turn against us.
Do all you can to feel good about yourself and others on a daily basis. Your attitude will come across to your students, so it is important to be in good mental and physical shape.
If, by chance, you feel that you have spoken sharply in an attempt to manager your students, own up to it. "Wow, that sounded harsh. Forgive me!"
Remind yourself: "If teaching were easy, everyone would be doing it." Teaching in front of a classroom full of students can be challenging, but on the other hand, very rewarding!